MAKALAH
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
JENIS
JAMUR PADA TANAMAN
OLEH
ALISTAR SPAYREST
P
NIM : 1309000349
KELOMPOK : 1
(SATU)
P.STUDI :
AGROEKOTEKNOLOGI
Rabu, 07 Mei
2014
PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Rujuk”. Tujuan
dalam pembuatan makalh ini adalah sebagai bahan pembelajaran untuk memperdalam
dan menambah wawasan tentang hakekat agama islam. Meskipun banyak rintangan dan
hambatan yang saya hadapin dalam proses pengerjaannya tetapi saya berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa saya mengucapkan terima
kasih kepada abang asisten yang telah membantu memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung. Dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun guna
menyempurnakan isi makalah saya ini.
Semoga makalah ini dapat membuat
kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi dan saya meminta maaf jika ada
kesalahan dan kekeliruan dalam menyampaikan makalah yang kurang berkenan ini.
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Medan,
Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGATAR………………………………………………….
DAFTAR
ISI…………………………………………………………..
1.Jamur
Akar Putih (JAP)…………………………………………….
2.Penyakit
Blas Tanaman Padi………………………………………..
3.Hawar
Daun Kentang………………………………………………..
4.Bercak
Kacang Tanah………………………………………………..
5.Bulai
Tanaman Padi…………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………..
1.Jamur
Akar Putih (JAP)
Penyakit
Jamur Akar Putih merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya dan sangat
merugikan para petani karet. Banyak cara yang telah dilakukan oleh para petani
dan pemilik kebun karet, namun hasilnya belum memuaskan. Para petani biasanya
menggunakan belerang dengan cara memasukkan belerang ke dalam lubang tanam
untuk mencegah jamur akar putih (JAP) pada saat hendak menanam karet. Namun
setelah tanaman karetnya hidup dan tumbuh subur, jamur akar putih (JAP) tetap
juga menyerang tanaman karet mereka dan membuat banyak tanaman karet mereka
yang mati.
Gejala
Serangan
Gejala
serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan pada warna
daun. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal.
Setelah itu daun- daun menguning dan rontok. Pada pohon
dewasa
gugurnya daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon
mempunyai
mahkota yang jarang. Ada kalanya tanaman membentuk bunga/ buah
lebih
awal.
Pada tanaman muda gejalanya mirip
dengan tanaman yang mengalami kekeringan. Daun-daun berwarna hijau kusam dan
lebih tebal dari yang normal. Daun tersebut akhirnya menjadi cokelat dan
mengering. Pohon akhirnya tumbang dengan daun yang masih menggantung. Ada
kalanya pohon tiba-tiba tumbang tanpa menimbulkan gejala kematian tajuk, karena
akar tanaman telah busuk dan mati.
Apabilah
leher akar tanaman yang terserang dibuka, akan tampak rizomorf
jamur
berwarna putih, baik diakar tunggang ataupun di akar lateral. Akar- akar
tersebut
akan busuk dan tanaman akan mati.
Tekhnik Pengendalian
Pencegahan Penyakit
Jamur Akar Putih pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
:
·
Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
·
Penanaman bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan
dimasukkan ke polybag atau akan ditanam sebaiknya diseleksi dulu, bibit yang
tertular masih dapat digunakan dengan cara mencelupkan bagian perakaran dengan
larutan terusi 2%.
·
Pada areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang
terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan lembab sebaiknya tanaman ditaburi
belerang sebanyak 100-200 gr/pohon selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur
agar belerang masuk kedalam perakaran. Pemberian belerang ini diberikan setiap
tahun sekali sampai dengan tanaman berumur lima tahun.
·
Pemupukan yang rutin agar tanaman sehat.
Pengendalian penyakit
JAP saat ini lebih dititikberatkan pada pengendalian hama/penyakit terpadu
(PHT) sejalan dengan peraturan pemerintah tentang Integrated Pest
Management (IPM) yaitu dengan menggabungkan beberapa komponen
pengendalian seperti kultur teknis, biologis dan kimiawi sebagai berikut:
·
Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS
2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR
39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
·
Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
·
Akar yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba)
segera dioles dengan fungisida Bubur Bordo, Bubur Bordo dan fungisida yang
mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap,
karena dapat merusak mutu lateks.
·
Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit
sehat.
·
kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari
bagian yang sakit.
Pengolesan fungisida
dilakukan dengan cara menghilangkan lapisan miselium atau rizomorpha cendawan
akar. Pada permukaan akar dikerok, kemudian diolesi dengan fungisida (pohon
yang terserang digali sampai menemukan akar yang terserang jamur akar putih,
kemudian dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 minggu dan akar yang terserang
di oles Bayleton dengan kosentrasi 0.2 %, ditaburi belerang dan tanah ditutup
kembali)
Upaya
pencegahan dilakukan dengan cara pohon sekitar diberi Trichoderma
spp dan membuat parit isolasi (mengelilingi) dengan jarak 2 pohon dari
pohon terserang (dalam parit 60 cm lebar 40 cm), kemudian parit ditaburi
belerang setelah + 2 minggu di aplikasi Trichoderma
spp.
5. Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara
kultur teknis dapat dilakukan melalui beberapa tindakan diantaranya pengolahan
tanah, seleksi bibit, pemeliharaan tanaman dan penanaman kacangan penutup
tanah.
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah
secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi, menyingkirkan
tunggul dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya yang dapat menjadi sumber
infeksi. Pada akar karet berdiameter 1 cm dengan panjang 4 cm cukup untuk
menjamin ketersediaan makanan R. lignosus hingga kurang lebih
4 bulan pada tanah tanpa penutup kacangan dan 3 bulan pada penutup tanah
kacangan. Oleh sebab itu disamping tunggul, akar-akar lateral perlu dimusnahkan.
2.Penyakit Blas Pada
Padi (Pyricularia oryzae)
Gejala Serangan
Penyakit Blas disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini
menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf
blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu
kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat
dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian
tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai
membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas
merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang
jamur Pyricularia oryzaeini
bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga
70 %.
Pyricularia oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak
diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan
proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati.
Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase
anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak
menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal
pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan
fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat
intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai
malai (blas leher).
Pengendalian
Ketahanan
Varietas,Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian
penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih
menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan
Batutegi.
Pemakaian
jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat
menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu
selama proses dekomposisi.
Penggunaan
pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkorelasi positif terhadap
intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas
penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran.
3.Hawar
Daun Kentang (Phytophthora infestans)
Penyakit
hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans
merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya,
patogen ini berkembangbiak secara aseksual dengan zoospora, tetapi dapat juga
berkembangbiak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat heterotalik,
artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi
apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat Phytophthora
infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda.
Gejala Serangan
Gejala
awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk
daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa sporangium
yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke
batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada daun paling cepat
terjadi pada suhu 18˚C - 20˚C. Pada suhu udara 30˚C perkembangan bercak
terhambat. Oleh karena itu di dataran rendah ( kurang dari 500 dpl ) penyakit
busuk daun tidak merupakan masalah. Epidemi penyakit busuk daun biasanya
terjadi pada suhu 16˚C - 24˚C. Didataran tinggi di Jawa, busuk daun terutama
berkembang hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan Desember dan
Februari. Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotik pada tepi dan
ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi,
bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan
kalau cuaca sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atasakan
mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan
tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu
bulan, meskipun kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu.
Pengendalian
Pengendalian
dengan cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun,
tahan atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi
adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman,
perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan. Penggunaan
varietas tahan bila varietas tersebut telah tersedia mempunyai beberapa
kelebihan, yaitu murah, mudah, aman, dan merupakan salah satu cara pengendalian
yang efektif untuk mengendaliakan penyakit tumbuhan. Penggunaan varietas tahan
juga dapat mengurangi penggunaan fungisida sehingga mengurangi pencemaran
akibat bahan racun tersebut.
4.Bercak Daun Tanaman Kacang (Cercospora
arachidicola)
Penyebab penyakit bercak daun awal
adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui tanah. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya
jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit
genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun.
Gejala Serangan
Gejala
Penyakit bercak daun :
Ditandai
dengan bercak coklat kehitam-hitaman pada permukaan bawah daun. Pada serangan
berat, daun berwarna hitam dapat menular ke tangkai daun dan batang. Tanaman
yang terserang daunnya rontok sebelum waktunya dan tanaman akan mati.
Kelembaban dan suhu tinggi mendorong berkembangnya serangan. Tanaman dapat
terserang mulai umur 30 HST.
Pengendalian
Hingga
saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP
sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5
kg/ha/aplikasi. Selain itu, Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan
Baycor 300 EC pun dapat digunakan. Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan
pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan menahan varietas tahan,
tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan membakar sisa tanaman
sakit.
5.Bulai Tanaman Jagung
Tanaman jagung
yang terserang penyakit bulai tidak hanya menurun produksinya tetapi bisa juga
tidak panen.Penyakit bulai (downy mildew) adalah penyakit dengan gejala
serangan dari Oomycetes dari suku Sclerosporaceae khususnya marga
Peronosclerospora. Perkembangan dari penyakit ini adalah melalui spora. Waktu
keluarnya spora pada pagi hari, jam 04,00 sampai dengan 05,30. Penyakit
bulai dapat tumbuh dan berkembang pada tanaman apabila daun tanaman tersebut
masih terdapat air gutasi. Spora bulai apabila menempel pada air gutasi akan
berkembang dan akan menyerang tanaman jagung melalui jaringan tulang daun
tetapi apabila tanaman jagung tersebut sudah tidak ada air gutasinya maka
biarpun spora tersebut menempel pada daun jagung maka spora tersebut tidak
dapat tumbuh dan berkembang.
Gejala Serangan
Gejala serangan
penyakit ini secara umum adalah (1) Ada bercak berwarna klorotik memanjang
searah tulang daun dengan batas yang jelas (2) Adanya tepung berwarna putih
pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari) (3) Daun yang
terkena bercak menjadi sempit dan kaku (4) Tanaman menjadi terhambat
petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol (5) Tanaman muda yang terserang
biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan) (6) Kadang-kadang terbentuk
anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir.
Pengendalian
· Penggunaan
varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, 1. Bima-9,
Bima-14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.
· Periode
bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah 2. endemik bulai
di mana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang
menyebabkan keberadaan bulai di lapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber
inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.
· Sanitasi
lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena 3. berbagai
jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber
inokulum pertanaman berikutnya.
· Rotasi
tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai 4. dengan
menanam tanaman dari bukan sereal.
· Eradikasi
tanaman yang terserang bulai.5.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiansyahi.2013.bulaitanamanjagung.serialonline.http://skpkarimun.or.id/index.php/2013-05-03-03-03-30/143-penyakit-bulai-pada-tanaman-jagung-dan-teknik-pengendaliannya
Ibnu,D.2002.penyakittanamanhttp://www.tanindo.com/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=36&Itemid=41
Puput.2011.hamadanpenyakittanamansawit.http://puputwawan.wordpress.com/2011/09/10/pedoman-teknis-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-kelapa-sawit/
Rustadi.2012.blastanamanpadi.http://distributor.nasaaceh.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
Utomo.2003.hawardaunkentang.http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=934
No comments:
Post a Comment