Sunday, July 30, 2017

MAKALAH JENIS JENIS JAMUR

MAKALAH PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
JENIS JAMUR PADA TANAMAN
OLEH
ALISTAR SPAYREST P
NIM : 1309000349
KELOMPOK : 1 (SATU)
P.STUDI : AGROEKOTEKNOLOGI

Rabu, 07 Mei 2014













PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Rujuk”. Tujuan dalam pembuatan makalh ini adalah sebagai bahan pembelajaran untuk memperdalam dan menambah wawasan tentang hakekat agama islam. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang saya hadapin dalam proses pengerjaannya tetapi saya berhasil menyelesaikannya dengan baik.
            Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada abang asisten yang telah membantu memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun guna menyempurnakan isi makalah saya ini.
            Semoga makalah ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi dan saya meminta maaf jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam menyampaikan makalah yang kurang berkenan ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.



Medan,  Mei 2014
Penulis



DAFTAR ISI
KATA PENGATAR………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………..
1.Jamur Akar Putih (JAP)…………………………………………….
2.Penyakit Blas Tanaman Padi………………………………………..
3.Hawar Daun Kentang………………………………………………..
4.Bercak Kacang Tanah………………………………………………..
5.Bulai Tanaman Padi…………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..



1.Jamur Akar Putih (JAP)
            Penyakit Jamur Akar Putih merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya dan sangat merugikan para petani karet. Banyak cara yang telah dilakukan oleh para petani dan pemilik kebun karet, namun hasilnya belum memuaskan. Para petani biasanya menggunakan belerang dengan cara memasukkan belerang ke dalam lubang tanam untuk mencegah jamur akar putih (JAP) pada saat hendak menanam karet. Namun setelah tanaman karetnya hidup dan tumbuh subur, jamur akar putih (JAP) tetap juga menyerang tanaman karet mereka dan membuat banyak tanaman karet mereka yang mati.
Gejala Serangan
                Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan pada warna daun. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang normal. Setelah itu daun- daun menguning dan rontok. Pada pohon
dewasa gugurnya daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon
mempunyai mahkota yang jarang. Ada kalanya tanaman membentuk bunga/ buah
lebih awal.
            Pada tanaman muda gejalanya mirip dengan tanaman yang mengalami kekeringan. Daun-daun berwarna hijau kusam dan lebih tebal dari yang normal. Daun tersebut akhirnya menjadi cokelat dan mengering. Pohon akhirnya tumbang dengan daun yang masih menggantung. Ada kalanya pohon tiba-tiba tumbang tanpa menimbulkan gejala kematian tajuk, karena akar tanaman telah busuk dan mati.
Apabilah leher akar tanaman yang terserang dibuka, akan tampak rizomorf
jamur berwarna putih, baik diakar tunggang ataupun di akar lateral. Akar- akar
tersebut akan busuk dan tanaman akan mati.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTvdIweuxRxLjLvJJPS2pLBeyFiY-II9ILvksQt3aiLxkAF31JVfK_TYZpueWT5nm2h7TWfQr11nFxfMpyOoOz5MB66ysP7ouuMT8d48ctNAolQVVJXUpPFIerF3GmOOBb7See8iGs5Ds/s1600/jamur+akar+putih+distributor+nasa+belitang.jpg
Tekhnik Pengendalian
Pencegahan Penyakit Jamur Akar Putih pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
·                     Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
·                     Penanaman bibit sehat. Bibit stum mata tidur yang akan dimasukkan ke polybag atau akan ditanam sebaiknya diseleksi dulu, bibit yang tertular masih dapat digunakan dengan cara mencelupkan bagian perakaran dengan larutan terusi 2%.
·                     Pada areal yang rawan jamur akar putih, yaitu lahan yang terdapat banyak tunggul, tanah gembur dan lembab sebaiknya tanaman ditaburi belerang sebanyak 100-200 gr/pohon selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur agar belerang masuk kedalam perakaran. Pemberian belerang ini diberikan setiap tahun sekali sampai dengan tanaman berumur lima tahun.
·                     Pemupukan yang rutin agar tanaman sehat.

Pengendalian penyakit JAP saat ini lebih dititikberatkan pada pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT) sejalan dengan peraturan pemerintah tentang Integrated Pest Management (IPM) yaitu dengan menggabungkan beberapa komponen pengendalian seperti kultur teknis, biologis dan kimiawi sebagai berikut:
·                     Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
·                     Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
·                     Akar yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan fungisida Bubur Bordo, Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.
·                     Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat.
·                     kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang sakit.

                Pengolesan fungisida dilakukan dengan cara menghilangkan lapisan miselium atau rizomorpha cendawan akar. Pada permukaan akar dikerok, kemudian diolesi dengan fungisida (pohon yang terserang digali sampai menemukan akar yang terserang jamur akar putih, kemudian dibiarkan terbuka selama kurang lebih 2 minggu dan akar yang terserang di oles Bayleton dengan kosentrasi 0.2 %, ditaburi belerang dan tanah ditutup kembali)
            Upaya pencegahan dilakukan dengan cara pohon sekitar diberi Trichoderma spp dan membuat parit isolasi (mengelilingi) dengan jarak 2 pohon dari pohon terserang (dalam parit 60 cm lebar 40 cm), kemudian parit ditaburi belerang setelah + 2 minggu di aplikasi Trichoderma spp.

5.        Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan melalui beberapa tindakan diantaranya pengolahan tanah, seleksi bibit, pemeliharaan tanaman dan penanaman kacangan penutup tanah.

a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan sumber infeksi, menyingkirkan tunggul dan sisa-sisa akar tanaman sebelumnya yang dapat menjadi sumber infeksi. Pada akar karet berdiameter 1 cm dengan panjang 4 cm cukup untuk menjamin ketersediaan makanan R. lignosus hingga kurang lebih 4 bulan pada tanah tanpa penutup kacangan dan 3 bulan pada penutup tanah kacangan. Oleh sebab itu disamping tunggul, akar-akar lateral perlu dimusnahkan.

2.Penyakit Blas Pada Padi (Pyricularia oryzae)
Gejala Serangan
Penyakit Blas disebabkan oleh meluasnya serangan jamur Pyricularia oryzae (P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamur Pyricularia oryzaeini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %.
Pyricularia oryzae  menyerap  nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati.  Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher). 
http://epetani.deptan.go.id/sites/default/files/1_1.jpg?1338902820
Pengendalian
            Ketahanan Varietas,Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian penyakit blas adalah penggunaan varietas tahan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang dan Batutegi.
Pemakaian jerami sebagai kompos. Pembenaman jerami dalam tanah sebagai kompos dapat menyebabkan miselia dan spora dari Cendawan P. grisea mati karena naiknya suhu selama proses dekomposisi.
Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis anjuran. Dosis pupuk N berkorelasi positif terhadap intensitas penyakit blas, artinya semakin tinggi dosis pupuk N maka intensitas penyakit makin tinggi. Untuk itu, penggunaan pupuk N harus sesuai anjuran.
3.Hawar Daun Kentang (Phytophthora infestans)
            Penyakit hawar daun sangat merusak dan sulit dikendalikan, karena Phytophthora infestans merupakan jamur patogen yang memiliki patogenisitas beragam. Pada umumnya, patogen ini berkembangbiak secara aseksual dengan zoospora, tetapi dapat juga berkembangbiak secara seksual dengan oospora. Jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat Phytophthora infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda.
Gejala Serangan
            Gejala awal bercak pada bagian tepi dan ujung daun, bercak melebar dan terbentuk daerah nekrotik yang berwarna coklat. Bercak dikelilingi oleh massa sporangium yang berwarna putih dengan belakang hijau kelabu. Serangan dapat menyebar ke batang, tangkai dan umbi. Perkembangan bercak penyakit pada daun paling cepat terjadi pada suhu 18˚C - 20˚C. Pada suhu udara 30˚C perkembangan bercak terhambat. Oleh karena itu di dataran rendah ( kurang dari 500 dpl ) penyakit busuk daun tidak merupakan masalah. Epidemi penyakit busuk daun biasanya terjadi pada suhu 16˚C - 24˚C. Didataran tinggi di Jawa, busuk daun terutama berkembang hebat pada musim hujan yang dingin, antara bulan Desember dan Februari. Daun-daun yang sakit mempunyai bercak-bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Kalau suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi, bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung lama, seluruh bagian tanaman di atasakan mati. Dalam cuaca yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu.
Pengendalian
            Pengendalian dengan cara resistensi adalah termasuk semua usaha yang tanaman menjadi imun, tahan atau toleran terhadap serangan patogen. Yang termasuk dalam resistensi adalah proteksi silang, ketahanan terimbas, aktivasi pertahanan tanaman, perbaikan kondisi pertumbuhan tanaman, dan penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan bila varietas tersebut telah tersedia mempunyai beberapa kelebihan, yaitu murah, mudah, aman, dan merupakan salah satu cara pengendalian yang efektif untuk mengendaliakan penyakit tumbuhan. Penggunaan varietas tahan juga dapat mengurangi penggunaan fungisida sehingga mengurangi pencemaran akibat bahan racun tersebut.
4.Bercak Daun Tanaman Kacang (Cercospora arachidicola)
            Penyebab penyakit bercak daun awal adalah jamur Cercospora arachidicola. Penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah. Penyakit ini sering dijumpai di lapangan, tetapi pengendaliannya jarang dilakukan. Efisiensi produksinya dapat ditingkatkan dengan merakit genotipe kacang tanah yang tahan penyakit bercak daun.
Gejala Serangan
Gejala Penyakit bercak daun :
Ditandai dengan bercak coklat kehitam-hitaman pada permukaan bawah daun. Pada serangan berat, daun berwarna hitam dapat menular ke tangkai daun dan batang. Tanaman yang terserang daunnya rontok sebelum waktunya dan tanaman akan mati. Kelembaban dan suhu tinggi mendorong berkembangnya serangan. Tanaman dapat terserang mulai umur 30 HST.
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQUTtABfe3D73sGCcXh-GGw7t9nHzFB-JObkvnqjJJrMPo9H_A7
Pengendalian
            Hingga saat ini, pengendalian paling efektif hanyalah dengan fungisida Topsin-M 70 WP sebanyak dua kali (7 dan 9 minggu setelah tanam) dengan dosis 0,5 kg/ha/aplikasi. Selain itu, Antracol 70 WP, Dithane M – 45, Nemispor 70 WP, dan Baycor 300 EC pun dapat digunakan. Dosis digunakan sesuai petunjuk penggunaan pada kemasan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan menahan varietas tahan, tidak menanam secara berurutan (rotasi tanaman), dan membakar sisa tanaman sakit.
5.Bulai Tanaman Jagung
            Tanaman jagung yang terserang penyakit bulai tidak hanya menurun produksinya tetapi bisa juga tidak panen.Penyakit bulai (downy mildew) adalah penyakit dengan gejala serangan dari Oomycetes dari suku Sclerosporaceae khususnya marga Peronosclerospora. Perkembangan dari penyakit ini adalah melalui spora. Waktu keluarnya spora pada pagi hari, jam 04,00 sampai dengan 05,30. Penyakit bulai dapat tumbuh dan berkembang pada tanaman apabila daun tanaman tersebut masih terdapat air gutasi. Spora bulai apabila menempel pada air gutasi akan berkembang dan akan menyerang tanaman jagung melalui jaringan tulang daun tetapi apabila tanaman jagung tersebut sudah tidak ada air gutasinya maka biarpun spora tersebut menempel pada daun jagung maka spora tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembang.  
Gejala Serangan
Gejala serangan penyakit ini secara umum adalah (1) Ada bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas (2) Adanya tepung berwarna putih pada bercak tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari) (3) Daun yang terkena bercak menjadi sempit dan kaku (4) Tanaman menjadi terhambat petumbuhannya bahkan bisa tak bertongkol (5) Tanaman muda yang terserang biasanya akan mati (umur tanaman dibawah 1 bulan) (6) Kadang-kadang terbentuk anakan yang banyak, daun menggulung dan terpuntir.
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTmx41bROJkvqwBMaQL7RADGurz86nHMOCHhT7hJOih3QzDNai_bw
Pengendalian
·      Penggunaan varietas tahan seperti jagung hibrida varietas Bima-1, Bima-3, 1. Bima-9, Bima-14 dan Bima-15 serta jagung komposit varietas Lagaligo dan Lamuru.
·      Periode bebas tanaman jagung hal ini dikhususkan kepada daerah-daerah 2. endemik bulai di mana jagung ditanam tidak serempak, sehingga terjadi variasi umur yang menyebabkan keberadaan bulai di lapangan selalu ada, sehingga menjadi sumber inokulum untuk pertanaman jagung berikutnya.
·      Sanitasi lingkungan pertanaman jagung sangat perlu dilakukan oleh karena 3. berbagai jenis rumput-rumputan dapat menjadi inang bulai sehingga menjadi sumber inokulum pertanaman berikutnya.
·      Rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai 4. dengan menanam tanaman dari bukan sereal.
·      Eradikasi tanaman yang terserang bulai.5.




DAFTAR PUSTAKA
Hadiansyahi.2013.bulaitanamanjagung.serialonline.http://skpkarimun.or.id/index.php/2013-05-03-03-03-30/143-penyakit-bulai-pada-tanaman-jagung-dan-teknik-pengendaliannya
Ibnu,D.2002.penyakittanamanhttp://www.tanindo.com/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=36&Itemid=41
Puput.2011.hamadanpenyakittanamansawit.http://puputwawan.wordpress.com/2011/09/10/pedoman-teknis-hama-dan-penyakit-pada-tanaman-kelapa-sawit/
Rustadi.2012.blastanamanpadi.http://distributor.nasaaceh.blogspot.com/2012_11_01_archive.html
Utomo.2003.hawardaunkentang.http://www.fikom.unpad.ac.id/?page=detailartikel&id=934
           


No comments:

Post a Comment