Sunday, July 30, 2017

MAKALAH PENGARUH JARAK TANAM TERHADA PPERTUMBUHAN JAGUNG

MAKALAH
TBT. PADI, KEDELAI, & JAGUNG
PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG
O
L
E
H
             NAMA                                                       N I M
ANDRIANSYAH SIREGAR                          1109000212
IKA PERMANA                                                  1109000
RISNA MAYA SARI                                       1109000240
TITO PRATAMA                                             1109000249
 












TBT. PADI, KEDELAI, & JAGUNG
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
M E D A N
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sedemikian rupa untuk memenuhi salah satu tugas TBT. Padi, Kedelai, & Jagung.
            Kami sadar bahwa kami hanyalah manusia biasa. Makalah ini pasti banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh kerena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang akan kami gunakan untuk pembuatan makalah yang akan datang supaya lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberi manfaat khususnya bagi aktivitas pendidikan dan umumnya bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb


Medan, 13 Maret 2014










PENDAHULUAN
 Jagung (Zea mays.L) merupakan bahan pangan yang penting penghasil karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan baku industri seperti, kertas, minyak, cat dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dengan pengaturan jarak tanam yang benar dan tapat disertai pengelolaan yang baik maka potensi hasil jagung dapat mencapai 4,50 ton/ha (Suprapto, 1986).
Di Indonesia rata-rata produksi tanaman jagung per hektar dinilai masih rendah yaitu sekitar 2,8 ton per ha. Sementara jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil jagung di Asia seperti RRC 4,6 ton/ha, Korea Selatan 4,1 ton/ha dan Thailand 3,7 ton/ha. Rendahnya produksi jagung di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab antara lain, tingginya harga benih varietas unggul, petani belum memahami penggunaan pupuk secara tepat dan benar, minimnya permodalan serta penggunaan pestisida yang berlebihan pada areal pertanaman oleh pelaku usaha tani dapat mengakibatkan terjadinya resistensi hama terhadap pestisida, dan pada waktu yang sama keberadaan musuh alami hama di areal lahan pertanian terancam punah yang membawa dampak negatif yaitu terjadinya ledakan serangan hama, akibatnya dapat menurunkan hasil produksi pertanian (Suprapato dan Marzuki, 2002).
Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan produksi yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang diperlukan pada saat penanaman.
Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman tidak optimal. Menurut Warisno (2002), Penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 x 20 cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman jagung yaitu 50 x 60 cm. Sedangkan menurut Suprapto (1998), penggunaan jarak tanam yang baik pada tanaman jagung 50 x 40 cm dan 50 x 80 cm dengan satu tanaman. Sebaliknya, menurut Harjadi (1997), penggunaan jarak tanam yang terlalu lebar akan mengurangi efektivitas penggunaan lahan dan memberikan kesempatan pertumbuhan gulma.
Jarak tanam jagung untuk produksi biji umumnya menggunakan 75x25 cm (1 tanaman) atau 75x40 cm (2 tanaman). Jarak tanam yang sama juga diterapkan sebagian besar petani di Amerika (ISU, 2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa jarak tanam yang lebih rapat seringkali diterapkan untuk menekan pertumbuhan gulma, disamping hasil yang diperoleh tidak berbeda nyata dengan jarak tanam rekomendasi. Larson (2003) menyatakan bahwa jarak tanam dan penempatan benih adalah faktor yang sangat berpengaruh pada potensi hasil jagung.
Gulma juga menjadi penyebab hilangnya hasil produksi pertanian yang hampir setara dengan resiko serangan hama dan penyakit. Masalah serangan hama dan penyakit tanaman umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang ditimbulkan oleh gulma bersifat tetap dan berulang (Soekisman, 1983).















TINJAUAN PUSTAKA
PENELITIAN 1
Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma Terhadap Berbagai Jarak Tanam
 Nurlaili
ü  K1 = 50 x 20 cm
ü  K2 = 50 x 40 cm
ü  K3 = 50 x 60 cm
ü  K4 = 50 x 80 cm
HASIL dan PEMBAHASAN
NO
PEUBAH
PERLAKUAN
KK
1
TINGGI TANAMAN
1,19 tn
8,72%
2
UMUR BERBUNGA
2,13 tn
9,66%
3
BERAT KERING TANAMAN
0,12 tn
4,59%
Keterangan :  tn = tidak berpengaruh nyata
KK = koefisien keragaman
  1. Tinggi Tanaman
Dari tabel didapatkan bahwa parameter tinggi tanaman jagung dari berbagai jarak tanam menunjukkan tidak nyata berpengaruh. Secara tabulasi hasil perlakuan K2 menunjukkan pertumbuhan tanaman tertinggi 72,96 cm sedangkan terendah pada perlakuan K3 66,30 cm.
  1. Umur Berbunga
Dengan pengaturan jarak tanam pada pertumbuhan tanaman jagung terhadap pertumbuhan gulma, hasil pemantauan semua perlakuan menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga pada tanaman jagung. Secara tabulasi hasil perlakuan K1 merupakan perlakuan terlama umur berbunga (50,72 hst) dan tercepat pada perlakuan K3 (47,96 hst).
  1. Berat Kering Tanaman
Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada pengaturan jarak tanam dari empat perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman hasil penimbangan. Secara tabulasi tergambar bahwa pada perlakuan K3 menunjukan hasil tertinggi (148,044 gram) sedangkan hasil terendah K2 (138,378 gram).
Hasil olah data respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays. L) dan gulma terhadap berbagai jarak tanam dari beberapa pengukuran parameter yang diamati baik pada parameter peubah pertumbuhan tanaman jagung maupun parameter peubah pertumbuhan gulma, hasil yang didapat secara tabulasi maupun Analisis sidik ragam tidak terjadi pengaruh yang nyata pada penentuan masing-masing jarak tanam baik pada jarak tanam 50 x 20 cm, 50 x 40 cm, 50 x 60 cm dan 50 x 80 cm. Semua peubah yang diamati pada pertumbuhan tanaman jagung yaitu tinggi tanaman, umur berbunga dan berat kering tanaman pada semua tingkat perlakuan jarak tanam tidak terjadi pengaruh yang nyata ini artinya respon tanaman terhadap semua perlakuan adalah sama. Minimalnya ketersediaan air untuk melakukan penyiraman berakibat tidak optimalnya pertumbuhan tanaman jagung, dimana unsur hara yang tersedia di dalam tanah proses penyerapan terganggu sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat dan asimilat yang tersedia di dalam tubuh tanaman tidak tercukupi, secara fisiologis tampak pertumbuhan tanaman jagung terhambat merana dan kerdil.
PENELITIAN 2
Pengaruh Pengaturan Jarak Tanam dan Defoliasi pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays saccharata Sturt).
Dinar Parastiwi
 Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Dadaptulis, Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu dengan jenis tanah Inceptisol. Dilaksanakan pada bulan Mei 2007 sampai dengan Juni 2007. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dan diulang 3 kali. Perlakuan jarak tanam diletakkan sebagai petak utama (J) yang terdiri dari 3 macam yaitu (J1) = Jarak tanam 75 x 20, (J2) = Jarak tanam 60 x 25, dan (J3) = Jarak tanam 50 x 30. Defoliasi (D) ditempatkan sebagai anak petak dan terdiri dari 3 macam, yaitu (D0) = Tanpa defoliasi, (D1) = Defoliasi 2 helai daun bawah, (D2) = Defoliasi 4 helai daun bawah. Pengamatan dilakukan secara destruktif pada saat tanaman berumur 15, 23, 31, 39, 47 dan 55 hst serta panen. Pengamatan meliputi komponen pertumbuhan dan hasil. Komponen pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman. Komponen hasil meliputi jumlah tongkol/tanaman, bobot tongkol kupas/tanaman, bobot tongkol berklobot/tanaman, panjang tongkol kupas, diameter tongkol kupas, hasil tongkol ha-1. Analisis pertumbuhan tanaman meliputi laju pertumbuhan relatif (LPR) dan indeks panen (IP). Pengamatan Penunjang meliputi intensitas cahaya matahari. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F) dengan kepercayaan 5%. Dan untuk penentuan perbedaan antar perlakuan maka dilakukan uji BNT pada kepercayaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan defoliasi daun pada parameter pengamatan luas daun dan indeks luas daun. Tanaman dengan perlakuan jarak tanam 50 cm x 30 cm memperlihatkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan jarak tanam 75 cm x 20 cm, terlihat pada parameter luas daun, indeks luas daun, laju pertumbuhan relatif. Tanaman yang di defoliasi 4 daun bawah berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa defoliasi dan defoliasi 2 daun bawah. Terlihat pada parameter bobot kering total tanaman, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol kupas dan hasil.
PENELITIAN 3
Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan, Produksi Silase dan Biji Pipilan Jagung Hibrida pada Inceptisols Dramaga
I Gusti Made Subiksa
Penelitian dilakukan pada tanah Inceptisols di Desa Cikarawang Dramaga Bogor, tekstur liat dan reaksi tanah agak masam (pH 5,6). Penelitian dilakukan pada MH 2010/2011 menggunakan tanaman indikator jagung varietas P-21. Penelitian menggunakan rancangan split plot dengan 3 ulangan.
Petak utama adalah:
S1 = jarak tanam konvensional 75x25 cm (populasi 53 ribu tanaman ha-1).
S2 = jarak tanam rapat 60x20 cm (populasi 83 ribu tanaman ha-1).


Anak petak adalah:
J1 = pupuk tunggal NPK dengan dosis 350 kg urea, 170 kg SP-36, dan 150 kg KCl ha-1.
J2 = perlakuan J-1 ditambah 1,5 ton pukan ha-1;
J3 = pupuk NPK majemuk 400 kg ha-1;
J4 = perlakuan J-3 ditambah 1,5 ton pukan ha-1.
Pertumbuhan tanaman dan produksi silase
Pertumbuhan tanaman jagung menunjukkan bahwa kerapatan populasi mempengaruhi tinggi tanaman. Pada tingkat populasi 56 ribu tanaman ha-1 (jarak tanam 75x25 cm), tinggi tanaman rata-rata berkisar antara 217-238 cm. Sedangkan pada jarak tanam yang lebih rapat (60x20 cm) tinggi tanaman menjadi lebih tinggi yaitu antara 237- 247 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pada jarak tanam yang lebih rapat, persaingan tiap individu untuk memperoleh sinar matahari semakin tinggi sehingga tanaman mengalami etiolasi.
Pemupukan dengan NPK majemuk cenderung lebih berpengaruh terhadap tinggi tanaman dibandingkan memupuk dengan NPK tunggal. Pengaruh NPK majemuk tampak lebih jelas pada tingkat kerapatan tanaman lebih tinggi. Pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, baik yang dikombinasikan dengan NPK tunggal maupun NPK majemuk.
Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung dan produksi silase.
Perlakuan  Tinggi tanaman 56 HST (cm)   Jumlah daun 56 HST      Produksi silase (t ha-1)
S1J1                            217 b                                 12.4 a                              43.4 b
S1J2                             238 a                                 12.1 a                              47.1 a
S1J3                             235 a                                 12.8 a                             44.7 ab
S1J4                             233 a                                 11.9 a                              49.8 a
Rerata S-1                 230,75 A                             12,30 A                           46,25 B
S2J1                             241 a                                 12.5 a                              59.1 a
S2J2                             237 a                                 11.8 a                              60.2 a
S2J3                             245 a                                 12.2 a                              61.9 a
S2J4                             247 a                                 12.4 a                              62.7 a
Rerata S-2                 242,50 A                             12,23 A                           60,98 A
Panen untuk produksi silase dilakukan saat tanaman jagung mencapai fase pengisian biji. Hasil panen untuk silase menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam 60x20 cm menghasilkan jumlah silase lebih tinggi dibandingkan perlakuan jarak tanam 75x25 cm. Pada jarak tanam 75x25 cm, produksi silase berkisar antara 43,4-49,8 t ha-1, sedang pada jarak tanam 60x20 cm produksi silase segar mencapai 59,1-62,7 t ha-1. Namun hasil silase yang dicapai ini masih lebih rendah dibandingkan dengan produksi silase dari jagung Sukmaraga yang bisa mencapai 71 t ha-1 (Mejaya et al. 2005). Pemupukan dengan NPK majemuk Ponska cenderung menghasilkan silase yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan NPK tunggal yang di-blending. Hal ini diduga karena unsur N pada NPK majemuk lepas lebih lambat dibandingkan dengan unsur N pada urea. Dengan demikian unsur N pada NPK majemuk bisa bertahan lebih lama dan tercuci lebih sedikit dibandingkan N pada urea.
Pemupukan dengan pupuk kandang memiliki pengaruh yang nyata terhadap tanaman jagung yang ditanam dengan jarak tanam konvensional (75x25 cm). Sedangkan pada jarak tanam yang rapat (60x20 cm), pengaruh pupuk kandang tidak berbeda nyata dibandingkan tanpa pupuk kandang.
Produksi jagung
Data rata-rata dari hasil pengamatan parameter produksi jagung ditampilkan pada Tabel 4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap ukuran tongkol jagung. Panjang tongkol jagung lebih pendek pada jarak tanaman rapat (60x20 cm) dibandingkan dengan jarak tanam rekomendasi (75x25 cm). Diameter tongkol dan berat tongkol juga mengalami penurunan yang nyata pada jarak tanam 60x20 cm.
Menurunnya panjang, diameter, dan berat tongkol diduga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena proses fotosintesis tidak optimal, tanaman tidak tumbuh normal karena etiolasi, kompetisi mendapatkan unsur hara yang lebih tinggi dan kemungkinan karena kegagalan penyerbukan akibat terhalang daun yang terlalu lebat. Pupuk NPK majemuk Ponska tidak berpengaruh nyata terhadap diameter tongkol, tetapi cenderung meningkatkan panjang tongkol dibandingkan NPK tunggal, khususnya pada tanaman jagung yang ditanam dengan jarak 75x25 cm. Rata-rata berat tongkol tidak dipengaruhi secara nyata oleh jenis pupuk NPK. Namun demikian ada kecenderungan perlakuan dengan NPK majemuk memiliki rata-rata bobot tongkol lebih tinggi dibandingkan dengan NPK tunggal.
Jarak tanam tidak berpengaruh terhadap produksi biji pipilan kering. Populasi yang tinggi dengan jarak tanam yang rapat (60x20 cm) tidak serta merta meningkatkan hasil jagung pipilan dibandingkan dengan jarak tanam yang direkomendasikan. Hal ini disebabkan karena jarak tanam yang rapat, persaingan mendapatkan sinar matahari dan unsur hara menjadi sangat ketat. Walaupun populasi lebih banyak, namun tongkol yang terbentuk lebih pendek dan lebih kecil, sehingga pada akhirnya produksi tidak optimal.
Pada perlakuan jarak tanam 75x25 cm rata-rata hasil yang diperoleh berkisar antara 6,85- 7,50 t ha-1, sedangkan dengan jarak tanam yang rapat hasil jagung pipilan kering mencapai 6,83-7,33 t ha-1. Hal ini berarti bahwa tanaman jagung yang ditanam rapat untuk produksi silase, sewaktu-waktu dapat dikonversi menjadi pertanaman untuk produksi biji tanpa khawatir produksi biji jagung pipilan. Hal ini penting mengingat harga silase bisa berfluktuasi tajam karena harga ditetapkan oleh pembeli dari luar negeri.
Pengaruh perlakuan terhadap parameter komponen hasil.
Perlakuan    Panjang tongkol    Diameter tongkol    Berat tongkol       Produksi biji
S1J1                   20,75 b                    5,21 a                   193 a                  6.850 b
S1J2                   22,03 ab                   5,27 a                   208 a                 7.397 ab
S1J3                    24,75 a                    5,08 a                   205 a                 7.420 ab
S1J4                   23,94 ab                   5,31 a                   216 a                  7.503 a
Rerata S-1          22,87 A                   5,22 A                205,50 A               7.29 A
S2J1                    17,37 a                    4,97 a                   168 a                  6.830 a
S2J2                    18,10 a                    4,93 a                   182 a                  7.327 a
S2J3                    18,60 a                    4,65 a                   180 a                  7.177 a
S2J4                    18,53 a                    4,85 a                   169 a                  7.300 a
Rerata S-2          18,15 B                   4,85 A                174,75 B               7.16 A

Pemupukan dengan NPK majemuk Ponska secara umum cenderung menghasilkan biji jagung pipilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan NPK tunggal. Tanaman yang ditanam dengan jarak konvensional 75x25 cm, peningkatan hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman dengan jarak tanam yang rapat.

No comments:

Post a Comment