Sunday, July 30, 2017

MAKALAH WERENG BATANG COKLAT

MAKALAH PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)

OLEH

ALISTAR SPAYREST P
NIM : 130900349
KELOMPOK : 1 (SATU)
PRODI : AGR0TEKNOLOGI









PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan dialam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang kita inginkan menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Saya menyadari sekali, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun di dalam hal lainnya, untuk itu besar harapan saya jika ada keritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.
Semoga makalah “ wereng batang coklat” ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kurang lebihnya penulis ucapkan terima kasih.



Medan, April 2014
Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………..
Latar Belakang…………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………
Wereng Batang Coklat Sulit Di Basmit………………………………………….
Gejala serangan Wereng Batang Coklat………………………………………
Usaha Pencegahan……………………………………………………………..
Usaha Pengendian……………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………….
Kesimpulan…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………



BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat  (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.
Ciri ciri tanaman padi yang diserang hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.
BAB II
PEMBAHASAN

 Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Tidak jarang, hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens).
 Dalam kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung, seperti:
·         Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
·         Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)
·         Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa).
·         Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)
·         Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
·         Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)
·         Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)
·         Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)
·         Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)
·         Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)
Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan pertanian yang kurang ramah lingkungan.
Wereng coklat adalah hama yang mampu beradaptasi dengan berbagai lingkungan pada waktu yang cepat bahkan bisa menghasilkan populasi baru (biotipe) dalam waktu singkat. Wereng coklat juga mampu melemahkan kerja insektisida yang dianggap ampuh mengatasi hama ini sebelumnya. Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, hingga kini tidak mudah untuk mengatasinya.
Pola perkembangan hama ini bersifat Biological Clock, artinya, wereng coklat dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok, baik dimusim hujan maupun musim kemarau. Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Baehaki Suherlan Effendi, peneliti dari BBP Padi, pada Elfa Hermawan dari Majalah Agrotek, dan para peserta  seminar yang diselenggarakan Puslitbang Tanaman Pangan beberapa waktu lalu.
Penanaman padi yang terus menerus dengan menggunakan varietas yang sama dengan memiliki gen tahan tunggal juga dituding dapat mempercepat timbulnya biotipe baru wereng coklat. Ini terbukti, ketika dilepasnya varietas “Pelita I” pada tahun 1971, pada tahun 1972 muncul wereng coklat berubah menjadi wereng coklat  Biotipe 1.
Untuk menghadapi biotipe 1 lalu diperkenalkan varietas “IR26” pada tahun 1975. Namun  dalam waktu setahun terjadi ledakan hebat untuk hama ini di beberapa daerah sentra produksi padi. Hal ini menandakan  berubahnya wereng coklat  Biotipe 1 menjadi  wereng coklat Biotipe 2. Pada tahun 1981 pun,  wereng coklat Biotipe 2 berubah menjadi wereng coklat Biotipe 3.
“Wereng coklat Biotipe 3 ternyata memakan waktu 25 tahun untuk mengalami perubahan menjadi wereng coklat Biotipe 4, kini tipe 4 mulai terdektesi di wilayah Asahan Sumatera  Utara,” ungkap Baehaki. Keberadaan wereng coklat Biotipe 3 terbilang lama untuk beradaptasi. Hal ini, lanjut Baehaki, disebabkan varietas “IR64″ merupakan varietas durable resistance yang mampu menghambat perubahan wereng coklat ke tipe baru lagi.
Untuk mengurangi perusakan yang disebabkan oleh wereng coklat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh  para petani dan penyuluh. “Wereng coklat pada 2 bulan pertama berkembangbiaknya sangat rendah, akan tetapi pada hari ke 90 dia bisa mencapai 12.000 ekor,” ungkap Baehaki.
Oleh karena itu mereka  harus jeli dalam memperhatikan daerah persawahannya. Bahkan mereka harus rajin untuk mengkontrol padi yang ada. Selain itu pemilihan varietas yang tahan wereng coklat pun dapat membantu petani. Dalam menggunakan obat pun jangan sembarangan. Tentu saja para petani tidak bisa melakukan itu sendirian, diperlukan pengawasan oleh para penyuluh. Secara langsung wereng coklat akan menghisap cairan sel tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati.
Hama Padi yang Sulit Dibasmi.


 Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
http://alamendah.files.wordpress.com/2010/06/wereng-menyerang-padi.gif?w=344&h=400
Batang padi yang diserang wereng batang coklat (gambar:ricehoppers.net)
Tidak jarang, hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens).
Musuh Alami Wereng Sirna. Dalam kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
A.Morfologi
Nilaparvata lugens berkembang dengan metamorfosis tidak sempurna yang dalam siklus hidupnya terdapat stadium telur, nimfa dan dewasa. Telur dari N. lugens berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang 1,3 mm. Telur-telur ini diletakkan berkelompok seperti sisiran pisang di dalam jaringan pelepah daun yang menempel pada batang. Nimfa wereng cokelat terdiri dari 5 instar yang dapat dibedakan dari ukuran tubuh dan sayapnya. Nimfa instar pertama berwarna putih keabu-abuan dengan panjang 0,6 mm, sedangkan instar kelima berwarna cokelat dengan panjang 2,0 mm. Perubahan warna tubuh dari putih keabu-abuan lalu menjadi cokelat terjadi secara bertahap sesuai dengan perkembangan instar. (Harahap & Tjahjono 1997).
Imago Nilaparvata lugens mempunyai 2 bentuk ukuran sayap yaitu makroptera (bentuk yang bersayap panjang) dan brakhiptera (bentuk yang bersayap pendek). Dimorfisme sayap ini berhubungan dengan kepadatan populasi yang terkait dengan persediaan makanannya (Kalshoven 1981). Warna tubuh fase imagonya adalah cokelat kekuning kuningan sampai cokelat tua. Panjang tubuh imago betina 3-4 mm dan imago jantan 2-3 mm. Imago betina mempunyai abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan (Harahap & Tjahjono 1997).

            Salah satu hama utama yang menyerang tanaman padi adalah hama wereng coklat (Nilaparvata lugens). Wereng coklat dapat berkembang biak dan menyebar dengan cepat sehingga keberadaannya sangat ditakuti oleh petani.
            Hama ini termasuk kedalam ordo hemiptera yang mengalami metamorphosis paurometabola (telur-nimfa-imago) sehingga fase merusak berada pada fase nimfa dan imagonya. Tipe alat mulutnya adalah menusuk menghisap (haustelata).
                Dalam masa perkembangannya, wereng coklat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu makroptera dan brakhiptera. Makroptera adalah wereng coklat yang memiliki sayap panjang. Wereng coklat ini dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan terbang menggunakan sayapnya tersebut. Sedangkan brakhiptera adalah wereng coklat yang bersayap pendek. Wereng coklat ini mempunyai kemampuan bereproduksi yang tinggi. Jenis wereng coklat brakhiptera dapat berubah menjadi makroptera apabila populasi wereng coklat pada suatu pertanaman sudah terlalu banyak
                Bagian tanaman padi yang diserang oleh wereng coklat adalah bagian batang padi, dengan cara menghisapnya. Dampak dari serangan hama wereng coklat ini dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat menyebabkan hopperburn. Hopperburnadalah gejala yang timbul pada tanaman padi yang terserang wereng coklat dengan ciri tanaman menjadi kering seperti terbakar dan akhirnya mati. Secara tidak langsung wereng coklat ini dapat berperan sebagai vector penyakit kerdil hampa dan kerdil rumput. Kerdil hampa adalah penyakit pada tanaman padi dengan gejala tidak terisinya malai. Sedangkan kerdil rumput merupakan penyakit lanjutan dari penyakit kerdil hampa. Ciri khas dari penyakit kerdil rumput ini adalah selain malai tidak terbentuk, tanaman padi tumbuh dan berkembang menyerupai rumput ilalang.
            Pada skala serangan yang tinggi, hama wereng coklat dapat menurunkan produktivitas padi dan dapat menurunkan pendapatan para petani padi. Tidak hanya itu, dampak dari serangan ini juga dapat mengurangi ketersedian pasok beras di pasaran.
            Mengingat dampak dari serangan yang merugikan petani padi maka perlu dilakukan pengendalian terhadap hama wereng coklat tersebut. Ada banyak teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini antara lain, pengendalian kultur teknis, hayati, kimiawi dan menanam tanaman yang tahan hama. Namun dalam pembahasan makalah ini kami hanya membahas teknik pengendalian secara kimiawi.
            Pengendalian secara kimiawi biasanya identik dengan pengendalian dengan menggunakan zat kimia (Pestisida). Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Oleh karena  itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Seiring berkembangnya metode pengendalian hama, ada beberapa macam pestisida, yakni : fungisida, insektisida, herbisida, nematisida, akarisida, ovarisida, bakterisida,larvasida, dan lain-lain.
            Salah satu cara pengendalian hama wereng coklat secara kimiawi adalah dengan menggunakan insektisida. Beberapa jenis insektisida yang spesialis untuk mengendalikan hama wereng coklat ini:
1.    Bahan aktif Buprofezin. Biasanya dengan nama dagang Applaud. Dengan formulasi EC, WP dan F insektisida ini mempunyai cara kerja yang spesifik yaitu menghambat pergantian kulit pada hama wereng coklat.
2.    Bahan aktif Imidakloprid. Dipasaran dijual dengan nama bermacam-macam diantaranya Confidor, Winder, Imidor, Dagger dan masih banyak lagi insektisida yang beredar dengan bahan aktif imidakloprid ini.
3.    Bahan aktif BBMC. Dijual dengan merek dagang Bassa, Baycarb, Dharmabas, Hopsin, Kiltop dan lain-lain. Cara kerja insektisida ini adalah kontak. Walaupun harganya murah namun dalam penggunaannya harus dengan konsentrasi yang besar sekitar 2-4 ml/ liter.
4.    Bahan aktif MIPC. Dipasaran biasanya dikenal dengan nama Mipcin, Mipcindo, Mipcinta, Micarb dan lain-lain. Sebenarnya MIPC ini masih satu golongan dengan BBMC yaitu kategori golongan Karbamat. Cara kerja kontak dan efikasi dalam menendalikan hama wereng coklat masih diatas BBMC.
5.    Bahan aktif Fipronil. Insektisida ini biasa kita kenal dengan nama Regent. Dengan formulasi SC regent mampu mengendalikan hama wereng coklat dengan cara sistemik. Formulasi terbaru regent WDG (sacset) ternyata lebih ampuh.
6.    Bahan aktif klorantraniliprol dan tiametoksam. Merupakan insektisida generasi terbaru yang memiliki spektrum luas untuk mengendalkan beberapa hama pada tanaman padi. Bahan aktif ini biasa kita kenal dengan nama dagang Virtako.
7.    Insektisida organik. Insektisida ini sangat ramah lingkungan dengan bahan baku bisa kita dapatkan melimpah disekitar kita. Ada beberapa kelemahan dan kelebihan Insektisida organik. Contoh insektisida organik untuk mengendalikan hama wereng adalah daun sirsak.
Kebanyakan para petani padi menggunakan insektisida dengan merek virtako. Cara pengendalian hama wereng coklat dengan virtako sangat mudah diterapkan oleh petani. Cukup melakukan penyemprotan dengan dosis dosis 150 ml/ha dengan volume semprot sekurang-kurangnya 300-400 liter perhektar atau kira-kira 20-27 tangki perhektar untuk tangki semprot ukuran 15 liter. Untuk mencapai hasil yang optimal volume semprot tidak boleh kurang dari 20 tangki perhektar karena walaupun virtako bekerja secara sistemik tetap saja diperlukan kemerataan penyemprotan pada tanaman padi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyemprotan dilakukan bila di lahan sawah mulai terlihat gejala kemunculan wereng coklatSetelah itu, secara berturut-turut dilakukan penyemprotan lagi tiap 2 minggu sekali. Untuk kondisi serangan berat, penyemprotan perlu dilakukan sekurang-kurangnya tiap 10 hari sekali.
Meskipun pemakaian insektisida dapat dilakukan dengan mudah dan langsung dapat menanggulangi hama, insektisida mempunyai dampak negatif. Adapun dampak negatifnya yakni :
1.    Hama menjadi kebal/resisten
Apabila pemakaian pestisida yang terus menerus, dapat menyebabkan wereng cokelat menjadi kebal atau resisten terhadap jenis insektisida tersebut. Sehingga dapat memicu ledakan hama.
2.    Terbunuhnya musuh alami
Seperti yang kita ketahui, saat menyemprotkan insektisida memungkinkan predator alami dari wereng coklat ikut terbunuh. Hal ini menyebabkan punahnya musuh alami dan hama wereng coklat berkembang biak dengan pesat.
3.    Terbunuhnya makhluk bukan sasaran
Berbagai jenis makhluk hidup lainnya seperti serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah, katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena inseksida tersebut.
4. Pencemaran lingkungan hidup
Air, tanah, dan udara ikut pula tercemar oleh pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi, dirombak secara biologis dalam tanah dan air.
5. Berbahaya bagi manusia
Penggunaan pestisida yang kurang hati-hati dan mencelakakan si pemakai. keracunan melalui mulut dan kulit sering terjadi, sehingga membahayakan.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Tidak jarang, hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas bibit padi yang tahan ham



DAFTAR PUSTAKA
Djafaruddin. 1996. Dasar – dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Grist D. H. 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural
            Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.
            Harahap IS, Tjahjono B. 1988. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.
            (http://www.warintek.ristek.go.id., 2008).
            Luh B. S. 1991. Rice Production. Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.
            Tobing, M.T, Opor, G, Sabar, G dan R. K. Damanik, 1995. Agronomi Tanaman Makanan. Medan: USU Press.
            Suharno, 2005. Dinas Pertanian Provinsi DIY. http://www. distanpemda-diy.go.id. [28 Februari 2008].
            Surachman & Suryanto. 1997. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Yogyakarta: Konisius.







No comments:

Post a Comment