MAKALAH
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
Wereng
Batang Coklat (Nilaparvata lugens)
OLEH
ALISTAR SPAYREST P
NIM : 130900349
KELOMPOK : 1 (SATU)
PRODI : AGR0TEKNOLOGI
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan dialam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang kita inginkan menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Saya
menyadari sekali, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun di dalam hal
lainnya, untuk itu besar harapan saya jika ada keritik dan saran yang membangun
untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.
Semoga
makalah “ wereng batang coklat” ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Kurang
lebihnya penulis ucapkan terima kasih.
Medan, April
2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………..
Latar Belakang…………………………………………………………………
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………
Wereng Batang Coklat Sulit Di Basmit………………………………………….
Gejala serangan Wereng Batang Coklat………………………………………
Usaha Pencegahan……………………………………………………………..
Usaha Pengendian……………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………….
Kesimpulan…………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.Latar
Belakang
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama
padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga
menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit
tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah
berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan
populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam
dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya,
menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan
perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor
(organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang
diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.
Ciri ciri tanaman padi yang diserang
hama wereng batang cokelat adalah warnanya berubah menjadi kekuningan,
pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Pada serangan yang parah
keseluruhan tanaman padi menjadi kering dan mati, perkembangan akar merana dan
bagian bawah tanaman yang terserang menjadi terlapisi oleh jamur.
Hama wereng batang coklat hidup pada
pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang
dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28
hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap
cairan dari batang padi.
BAB II
PEMBAHASAN
Wereng
menjadi hama padi yang paling berbahaya dan paling sulit dikendalikan apalagi
dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi ini lantaran wereng batang coklat
mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat dan cepat menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.
Tidak jarang, hama wereng batang coklat (Nilaparvata
lugens) tahan terhadap berbagai insektisida dan pestisida, sehingga sering
kali para petani memberikan dosis pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan
mengoplos beberapa merk pestisida sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan
pengobatan dengan menggunakan pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas
membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas bibit padi yang tahan hama juga tidak
dapat bertahan lama dan terus menerus. Sekali dua kali musim tanam memang
varietas padi tahan wereng mampu melawan, namun untuk selanjutnya varietas
tersebutpun musti takluk oleh wereng batang coklat (Nilaparvata lugens).
Dalam
kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam
selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi
karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh
ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi
berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan
mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) antara
lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung,
seperti:
·
Laba-laba
serigala (Pardosa pseudoannulata)
·
Laba-laba
bermata jalang (Oxyopes javanus)
·
Laba-laba
berahang empat (Tetragnatha maxillosa).
·
Kepik
permukaan air (Microvellia douglasi)
·
Kepik
mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
·
Kumbang
stacfilinea (Paederus fuscipes)
·
Kumbang
koksinelid (Synharmonia octomaculata)
·
Kumbang
tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)
·
Belalang
bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)
·
Capung
kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)
Sayangnya spesies-spesies yang
secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang
coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan
pertanian yang kurang ramah lingkungan.
Wereng coklat adalah hama yang mampu beradaptasi dengan
berbagai lingkungan pada waktu yang cepat bahkan bisa menghasilkan populasi
baru (biotipe) dalam waktu singkat. Wereng coklat juga mampu melemahkan
kerja insektisida yang dianggap ampuh mengatasi hama ini sebelumnya. Dengan
sifat-sifat yang dimilikinya, hingga kini tidak mudah untuk mengatasinya.
Pola perkembangan hama ini bersifat Biological Clock,
artinya, wereng coklat dapat berkembang biak dan merusak tanaman padi
disebabkan lingkungan yang cocok, baik dimusim hujan maupun musim kemarau.
Demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. Ir. Baehaki Suherlan Effendi, peneliti dari
BBP Padi, pada Elfa Hermawan dari Majalah Agrotek, dan para peserta
seminar yang diselenggarakan Puslitbang Tanaman Pangan beberapa waktu
lalu.
Penanaman padi yang terus menerus
dengan menggunakan varietas yang sama dengan memiliki gen tahan tunggal juga
dituding dapat mempercepat timbulnya biotipe baru wereng coklat. Ini terbukti,
ketika dilepasnya varietas “Pelita I” pada tahun 1971, pada tahun 1972 muncul
wereng coklat berubah menjadi wereng coklat Biotipe 1.
Untuk menghadapi biotipe 1 lalu
diperkenalkan varietas “IR26” pada tahun 1975. Namun dalam waktu setahun
terjadi ledakan hebat untuk hama ini di beberapa daerah sentra produksi padi.
Hal ini menandakan berubahnya wereng coklat Biotipe 1 menjadi
wereng coklat Biotipe 2. Pada tahun 1981 pun, wereng coklat Biotipe 2
berubah menjadi wereng coklat Biotipe 3.
“Wereng coklat Biotipe 3 ternyata memakan waktu 25 tahun
untuk mengalami perubahan menjadi wereng coklat Biotipe 4, kini tipe 4 mulai
terdektesi di wilayah Asahan Sumatera Utara,” ungkap Baehaki.
Keberadaan wereng coklat Biotipe 3 terbilang lama untuk beradaptasi. Hal ini,
lanjut Baehaki, disebabkan varietas “IR64″ merupakan varietas durable
resistance yang mampu menghambat perubahan wereng coklat ke tipe baru
lagi.
Untuk mengurangi perusakan yang disebabkan oleh wereng
coklat, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para petani dan penyuluh.
“Wereng coklat pada 2 bulan pertama berkembangbiaknya sangat rendah, akan
tetapi pada hari ke 90 dia bisa mencapai 12.000 ekor,” ungkap Baehaki.
Oleh karena itu mereka harus
jeli dalam memperhatikan daerah persawahannya. Bahkan mereka harus rajin untuk
mengkontrol padi yang ada. Selain itu pemilihan varietas yang tahan wereng
coklat pun dapat membantu petani. Dalam menggunakan obat pun jangan
sembarangan. Tentu saja para petani tidak bisa melakukan itu sendirian,
diperlukan pengawasan oleh para penyuluh. Secara langsung wereng coklat akan
menghisap cairan sel tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya
mati.
Hama
Padi yang Sulit Dibasmi.
Wereng menjadi hama padi yang paling berbahaya
dan paling sulit dikendalikan apalagi dibasmi. Sulitnya memberantas hama padi
ini lantaran wereng batang coklat mempunyai daya perkembangbiakan yang cepat
dan cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan.
Batang padi yang
diserang wereng batang coklat (gambar:ricehoppers.net)
Tidak jarang, hama
wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai
insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis
pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida
sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan
pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas
bibit padi yang tahan hama juga tidak dapat bertahan lama dan terus menerus.
Sekali dua kali musim tanam memang varietas padi tahan wereng mampu melawan,
namun untuk selanjutnya varietas tersebutpun musti takluk oleh wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens).
Musuh Alami Wereng Sirna. Dalam kondisi
normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu
menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan
dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan
elang, populasi rusa dikendalikan
oleh harimau. Demikian juga
populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
A.Morfologi
Nilaparvata
lugens berkembang dengan metamorfosis tidak sempurna yang dalam siklus
hidupnya terdapat stadium telur, nimfa dan dewasa. Telur dari N. lugens berbentuk
lonjong berwarna putih dengan panjang 1,3 mm. Telur-telur ini diletakkan
berkelompok seperti sisiran pisang di dalam jaringan pelepah daun yang menempel
pada batang. Nimfa wereng cokelat terdiri dari 5 instar yang dapat dibedakan
dari ukuran tubuh dan sayapnya. Nimfa instar pertama berwarna putih keabu-abuan
dengan panjang 0,6 mm, sedangkan instar kelima berwarna cokelat dengan panjang
2,0 mm. Perubahan warna tubuh dari putih keabu-abuan lalu menjadi cokelat
terjadi secara bertahap sesuai dengan perkembangan instar. (Harahap & Tjahjono
1997).
Imago Nilaparvata
lugens mempunyai 2 bentuk ukuran sayap yaitu makroptera (bentuk yang
bersayap panjang) dan brakhiptera (bentuk yang bersayap pendek). Dimorfisme
sayap ini berhubungan dengan kepadatan populasi yang terkait dengan persediaan makanannya
(Kalshoven 1981). Warna tubuh fase imagonya adalah cokelat kekuning kuningan
sampai cokelat tua. Panjang tubuh imago betina 3-4 mm dan imago jantan 2-3 mm.
Imago betina mempunyai abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan (Harahap
& Tjahjono 1997).
Salah
satu hama utama yang menyerang tanaman padi adalah hama wereng coklat (Nilaparvata
lugens). Wereng coklat dapat berkembang biak dan menyebar dengan cepat
sehingga keberadaannya sangat ditakuti oleh petani.
Hama
ini termasuk kedalam ordo hemiptera yang mengalami metamorphosis paurometabola
(telur-nimfa-imago) sehingga fase merusak berada pada fase nimfa dan imagonya.
Tipe alat mulutnya adalah menusuk menghisap (haustelata).
Dalam
masa perkembangannya, wereng coklat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
makroptera dan brakhiptera. Makroptera adalah wereng coklat yang memiliki sayap
panjang. Wereng coklat ini dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan terbang menggunakan sayapnya tersebut. Sedangkan brakhiptera adalah
wereng coklat yang bersayap pendek. Wereng coklat ini mempunyai kemampuan
bereproduksi yang tinggi. Jenis wereng coklat brakhiptera dapat berubah menjadi
makroptera apabila populasi wereng coklat pada suatu pertanaman sudah terlalu
banyak
Bagian
tanaman padi yang diserang oleh wereng coklat adalah bagian batang padi, dengan
cara menghisapnya. Dampak dari serangan hama wereng coklat ini dapat dirasakan
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat menyebabkan hopperburn.
Hopperburnadalah gejala yang timbul pada tanaman padi yang terserang wereng
coklat dengan ciri tanaman menjadi kering seperti terbakar dan akhirnya mati.
Secara tidak langsung wereng coklat ini dapat berperan sebagai vector penyakit kerdil
hampa dan kerdil rumput. Kerdil hampa adalah penyakit pada tanaman padi dengan
gejala tidak terisinya malai. Sedangkan kerdil rumput merupakan penyakit
lanjutan dari penyakit kerdil hampa. Ciri khas dari penyakit kerdil rumput ini
adalah selain malai tidak terbentuk, tanaman padi tumbuh dan berkembang
menyerupai rumput ilalang.
Pada
skala serangan yang tinggi, hama wereng coklat dapat menurunkan produktivitas
padi dan dapat menurunkan pendapatan para petani padi. Tidak hanya itu, dampak
dari serangan ini juga dapat mengurangi ketersedian pasok beras di pasaran.
Mengingat
dampak dari serangan yang merugikan petani padi maka perlu dilakukan
pengendalian terhadap hama wereng coklat tersebut. Ada banyak teknik
pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama ini antara lain,
pengendalian kultur teknis, hayati, kimiawi dan menanam tanaman yang tahan
hama. Namun dalam pembahasan makalah ini kami hanya membahas teknik
pengendalian secara kimiawi.
Pengendalian secara kimiawi
biasanya identik dengan pengendalian dengan menggunakan zat
kimia (Pestisida). Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh
petani. Oleh karena itu pengendalaian hama secara kimiawi sering
dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Seiring
berkembangnya metode pengendalian hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :
fungisida, insektisida, herbisida, nematisida, akarisida, ovarisida,
bakterisida,larvasida, dan lain-lain.
Salah
satu cara pengendalian hama wereng coklat secara kimiawi adalah dengan
menggunakan insektisida. Beberapa jenis insektisida yang spesialis untuk
mengendalikan hama wereng coklat ini:
1. Bahan aktif Buprofezin. Biasanya dengan nama
dagang Applaud. Dengan formulasi EC, WP dan F insektisida ini mempunyai cara
kerja yang spesifik yaitu menghambat pergantian kulit pada hama wereng coklat.
2. Bahan aktif Imidakloprid. Dipasaran dijual
dengan nama bermacam-macam diantaranya Confidor, Winder, Imidor, Dagger dan
masih banyak lagi insektisida yang beredar dengan bahan aktif imidakloprid ini.
3. Bahan aktif BBMC. Dijual dengan merek dagang
Bassa, Baycarb, Dharmabas, Hopsin, Kiltop dan lain-lain. Cara kerja insektisida
ini adalah kontak. Walaupun harganya murah namun dalam penggunaannya harus
dengan konsentrasi yang besar sekitar 2-4 ml/ liter.
4. Bahan aktif MIPC. Dipasaran biasanya dikenal
dengan nama Mipcin, Mipcindo, Mipcinta, Micarb dan lain-lain. Sebenarnya MIPC
ini masih satu golongan dengan BBMC yaitu kategori golongan Karbamat. Cara
kerja kontak dan efikasi dalam menendalikan hama wereng coklat masih diatas
BBMC.
5. Bahan aktif Fipronil. Insektisida ini biasa
kita kenal dengan nama Regent. Dengan formulasi SC regent mampu mengendalikan
hama wereng coklat dengan cara sistemik. Formulasi terbaru regent WDG (sacset)
ternyata lebih ampuh.
6. Bahan aktif klorantraniliprol dan
tiametoksam. Merupakan insektisida generasi terbaru yang memiliki spektrum luas
untuk mengendalkan beberapa hama pada tanaman padi. Bahan aktif ini biasa kita
kenal dengan nama dagang Virtako.
7. Insektisida organik. Insektisida ini sangat
ramah lingkungan dengan bahan baku bisa kita dapatkan melimpah disekitar kita.
Ada beberapa kelemahan dan kelebihan Insektisida organik. Contoh insektisida
organik untuk mengendalikan hama wereng adalah daun sirsak.
Kebanyakan
para petani padi menggunakan insektisida dengan merek virtako. Cara pengendalian hama wereng coklat dengan virtako sangat mudah diterapkan oleh petani. Cukup melakukan penyemprotan dengan dosis dosis 150 ml/ha dengan volume
semprot sekurang-kurangnya 300-400 liter perhektar atau kira-kira 20-27 tangki
perhektar untuk tangki semprot ukuran 15 liter. Untuk mencapai hasil yang
optimal volume semprot tidak boleh kurang dari 20 tangki perhektar karena
walaupun virtako bekerja secara sistemik tetap saja diperlukan kemerataan
penyemprotan pada tanaman padi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Penyemprotan dilakukan bila di lahan sawah mulai terlihat gejala
kemunculan wereng coklat. Setelah itu, secara berturut-turut dilakukan penyemprotan lagi tiap 2
minggu sekali. Untuk kondisi serangan berat, penyemprotan perlu dilakukan
sekurang-kurangnya tiap 10 hari sekali.
Meskipun
pemakaian insektisida dapat dilakukan dengan mudah dan langsung dapat
menanggulangi hama, insektisida mempunyai dampak negatif. Adapun dampak
negatifnya yakni :
1. Hama menjadi kebal/resisten
Apabila pemakaian pestisida yang
terus menerus, dapat menyebabkan wereng cokelat menjadi kebal atau resisten
terhadap jenis insektisida tersebut. Sehingga dapat memicu ledakan hama.
2. Terbunuhnya musuh alami
Seperti yang kita ketahui, saat
menyemprotkan insektisida memungkinkan predator alami dari wereng coklat ikut
terbunuh. Hal ini menyebabkan punahnya musuh alami dan hama wereng coklat
berkembang biak dengan pesat.
3. Terbunuhnya makhluk bukan sasaran
Berbagai jenis makhluk hidup
lainnya seperti serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah,
katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena inseksida
tersebut.
4. Pencemaran lingkungan hidup
Air, tanah, dan udara ikut pula
tercemar oleh pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi,
dirombak secara biologis dalam tanah dan air.
5. Berbahaya bagi manusia
Penggunaan pestisida yang kurang
hati-hati dan mencelakakan si pemakai. keracunan melalui mulut dan kulit sering
terjadi, sehingga membahayakan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama
padi yang paling berbahaya dan merugikan, terutama di Asia Tenggara dan Asia
Timur. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga
menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit
tungro). Kumbang lembing memakan wereng dan anaknya sedangkan sejumlah lebah
berperan sebagai pemangsa telurnya. Pemangsa alami ini dapat mengendalikan
populasi wereng di bawah batas ambang populasi wereng terutama musim tanam
dengan jumlah hama sedikit sehingga mencegah berjangkitnya virus utama.
Tidak jarang, hama
wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) tahan terhadap berbagai
insektisida dan pestisida, sehingga sering kali para petani memberikan dosis
pestisida yang berlipat ganda bahkan dengan mengoplos beberapa merk pestisida
sekaligus. Dan semua usaha pengendalian dan pengobatan dengan menggunakan
pestisida itu tidak pernah berhasil tuntas membasmi wereng batang coklat.
Penggunaan varietas
bibit padi yang tahan ham
DAFTAR
PUSTAKA
Djafaruddin. 1996. Dasar – dasar
Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Grist D.
H. 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural
Service,
Malaya. Longmans Green and Co Ltd : London.
Harahap IS, Tjahjono B. 1988. Pengendalian
Hama Penyakit Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.
(http://www.warintek.ristek.go.id.,
2008).
Luh B. S. 1991. Rice
Production. Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.
Tobing, M.T, Opor, G, Sabar, G dan
R. K. Damanik, 1995. Agronomi Tanaman Makanan. Medan: USU Press.
Suharno, 2005. Dinas Pertanian
Provinsi DIY. http://www. distanpemda-diy.go.id. [28 Februari
2008].
Surachman & Suryanto.
1997. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Yogyakarta:
Konisius.
No comments:
Post a Comment